Temui startup KINETIK NEX

Lima belas startup energi bersih dan iklim dari seluruh Indonesia telah terpilih dari berbagai bidang yang kompetitif untuk berpartisipasi dalam Program Wirausaha KINETIK NEX. Program ini – yang berfokus pada startup dari Indonesia Timur dan yang dipimpin oleh perempuan – akan mencakup delapan minggu pendampingan yang dirancang khusus, dukungan teknis, dan akses ke investor. Lima startup kemudian akan mendapatkan bagian pendanaan hibah sebesar Rp1.6 miliar. Berikut adalah 15 startup yang terpilih untuk menjadi bagian dari program ini.

Kuan Timor Teknologi (Kupang)

Kuan Timor Teknologi, berbasis di Kupang, NTT, menghadirkan solusi air bersih untuk daerah yang tidak memiliki sumber air tanah.

Selama ini, masyarakat harus berjalan jauh, menyeberangi laut atau membeli air dengan harga tinggi.

Startup ini mengembangkan teknologi atmospheric water generator dan desalinasi berbasis energi surya. Dengan sistem ini, air minum dapat dihasilkan dari kelembapan udara maupun air laut, menggunakan energi bersih yang tersedia sepanjang tahun.

Dampaknya langsung terasa: masyarakat memperoleh akses air layak konsumsi dengan biaya terjangkau, kesehatan meningkat, dan ketergantungan pada suplai eksternal berkurang.

Ke depannya, Kuan Timor berencana memperluas teknologinya ke lebih banyak desa di NTT dan wilayah kepulauan lainnya.

Dengan pendekatan inovatif ini, akses air bersih, energi terbarukan, dan adaptasi iklim dapat berjalan beriringan.

Foto: FRENGKY M. RADJA

Sumba Solusi Alam (Sumba)

Sumba Solusi Alam mendistribusikan lampu bertenaga surya dan pengisi daya ponsel yang terbuat dari limbah elektronik daur ulang.

Kemiskinan energi masih meluas di Sumba, dengan banyak desa di Sumba yang masih belum memiliki akses listrik yang andal, terutama di wilayah pedalaman yang terpencil.

Sekitar 25% rumah tangga di Sumba masih bergantung pada minyak tanah yang berbahaya dan mahal untuk penerangan di malam hari, yang berdampak pada risiko kesehatan dan emisi karbon.

Untuk rumah tangga pedesaan yang memiliki akses ke generator bertenaga diesel, listrik tetap mahal dan hanya tersedia beberapa jam setiap hari.

Sumba Solusi Alam telah menciptakan PowerWells, terbuat dari limbah elektronik daur ulang, yang menyediakan penerangan dan mengisi daya ponsel.

 Setiap PowerWell menyediakan penerangan dan fasilitas pengisian ponsel. Inovasi ini menjawab dua masalah sekaligus: keterbatasan akses energi dan menumpuknya e-waste.

Dengan listrik bersih, anak-anak dapat belajar di malam hari, ibu-ibu melakukan tenun di malam hari,usaha kecil beroperasi lebih produktif, dan keluarga tidak lagi bergantung pada minyak tanah.

Sumba Solusi Alam juga melatih masyarakat setempat untuk memelihara unit surya, menciptakan keterampilan baru dan rasa kepemilikan.

Ke depannya Sumba Solusi Alam bermaksud untuk berekspansi ke lebih banyak desa di Sumba dan daerah terpencil lainnya.

Perusahaan rintisan ini bersemangat dalam menggunakan energi terbarukan, mengurangi limbah, dan memberdayakan masyarakat untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.

Photo: YAN PITHER UMBU MAKI PAWOLUNG

Energi Timur Nusa Power (Sumbawa)

Energi Timur Nusa Power adalah startup teknologi energi terbarukan asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang berfokus pada peningkatan kinerja pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di desa-desa terpencil.

Banyak PLTMH di daerah terpencil yang belum beroperasi secara optimal karena masih menggunakan sistem manual dan infrastruktur yang terbatas.

Untuk mengatasi hal ini, Energi Timur Nusa Power menghadirkan sistem kontrol pintar yang dapat menyesuaikan secara otomatis dengan perubahan aliran air dan kebutuhan listrik masyarakat. Teknologi ini membuat pasokan energi menjadi lebih stabil, efisien, dan andal.

Dengan sistem ini, PLTMH bisa lebih baik dalam memenuhi kebutuhan energi harian warga desa. Usaha lokal pun bisa berkembang lebih maksimal, dan potensi energi terbarukan di daerah tersebut dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

Energi Timur Nusa Power ingin mereplikasi teknologi ini di puluhan desa dengan pembangkit listrik mikrohidro yang berkinerja buruk.

Langkah ini akan memperluas akses energi bersih sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan.

Foto: SAPTONI

Puleh Indonesia (Banda Aceh)

Puleh Indonesia adalah social enterprise yang mengubah limbah pertanian menjadi pupuk organik.

Puleh Indonesia lahir dari keresahan atas tiga masalah mendasar: pencemaran lingkungan akibat limbah, ketergantungan petani pada pupuk kimia mahal, degradasi lingkungan, menurunkan kesuburan tanah, serta keterbatasan akses pasar dan teknologi bagi petani kecil.

Puleh menawarkan solusi sirkular inovatif dengan mengubah limbah pertanian – terutama dari kopi dan nilam – menjadi pupuk organik berkualitas tinggi melalui fermentasi.

Hal ini meningkatkan hasil pane sehat dan aman dikonsumsi dan menekan biaya produksi.

Melalui platform digital Puleh.com, Puleh menghadirkan ekosistem inklusif yang mencakup agro marketplace, supply-chain tracker, serta Puleh Academy berbasis AI.

Puleh tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga pemberdayaan petani perempuan dan milenial lewat pelatihan teknis, manajemen lahan berbasis IoT, dan pemasaran digital.

Puleh Indonesia berharap dapat mereplikasi model ini di komoditas dan wilayah lain.

Dengan mengintegrasikan energi bersih, teknologi terapan, dan pemberdayaan komunitas secara partisipatif, Puleh menempatkan diri sebagai penggerak utama transformasi pertanian hijau yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan di Provinsi Aceh.

Foto: HENDRI

Difabike (Yogyakarta)

Difabike menawarkan layanan transportasi yang unik: ojek motor listrik roda tiga yang dirancang khusus untuk penumpang penyandang disabilitas.

Startup asal Yogyakarta ini juga memberdayakan pengemudi difabel sebagai bagian dari tim mereka.

Selama ini, akses terhadap transportasi yang ramah disabilitas masih sangat terbatas.

Difabike hadir sebagai solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga mendorong inklusi sosial, dengan menciptakan lapangan kerja baru bagi penyandang disabilitas sekaligus menyediakan layanan transportasi rendah emisi.

Ke depannya, Difabike berencana memperluas armadanya dan mengembangkan model bisnis ini ke kota-kota lain di Indonesia.

Visi Difabike adalah menciptakan transportasi yang inklusif dan mendukung transisi energi bersih di Indonesia.

Foto: JEFRI TARIGAN

Pristinz Indonesia (Jakarta/Bali)

Pristinz Indonesia adalah startup yang dipimpin oleh perempuan dan anak muda, berbasis di Jakarta dan Bali, dengan visi menjadikan bangunan sebagai bagian dari solusi iklim.

Selama ini, jendela bangunan memang memberikan pencahayaan alami, namun juga sering menjadi penyebab naiknya suhu ruangan dan biaya pendinginan.

Pristinz mengembangkan teknologi kaca inovatif yang tidak hanya menghalau panas matahari, tetapi juga mampu menghasilkan energi bersih.

Dampaknya cukup besar: penggunaan listrik untuk AC berkurang, emisi gas rumah kaca menurun, dan bangunan pun berubah menjadi aset energi yang aktif.

Sebagai perusahaan yang dipimpin oleh perempuan dan generasi muda, Pristinz juga menunjukkan komitmen terhadap kesetaraan gender di sektor energi bersih.

Pristinz berencana untuk berekspansi ke kota-kota besar di Indonesia dan bermitra dengan sektor konstruksi dan real estat.

Dengan tren global menuju bangunan hijau, teknologi ini berpotensi menjadi standar baru dalam arsitektur berkelanjutan.

Foto: Foto: MOCHAMAD TOPANDI

NUSACUBE (Jakarta/Mojokerto):

NUSACUBE adalah startup yang menghadirkan akses air bersih dan es balok bagi nelayan di wilayah terpencil dengan memanfaatkan energi terbarukan menggunakan energi terbarukan.

Banyak nelayan di daerah terpencil kesulitan menjaga kesegaran hasil tangkapan mereka karena keterbatasan listrik yang menyebabkan ketiadaan es.

NUSACUBE menjawab tantangan ini dengan menyediakan listrik selama 24 jam menggunakan tenaga surya dan angin, sehingga nelayan bisa memproduksi air bersih dan es secara mandiri.

Di daerah tanpa akses ke air bersih, ini termasuk pengeboran dan penyaringan untuk menghasilkan air non-payau, yang diolah menjadi es dengan biaya rendah.

Es yang dihasilkan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan es dari air payau yang umum digunakan di wilayah tersebut, lebih cepat membeku dan lebih lambat mencair.

Hal ini membuat ikan lebih segar, meningkatkan harga jual dan mengurangi pembusukan, meningkatkan pendapatan lebih dari 500 nelayan di satu pulau hingga 70%.

Lewat inovasinya, NUSACUBE mendorong kemandirian energi, pertumbuhan ekonomi lokal, dan ketahanan pangan di komunitas-komunitas paling terpencil di Indonesia.

Foto: SURYANTO KEBO

CV Cahaya Inklusi Wonosobo

CV Cahaya Inklusi Wonosobo adalah usaha sosial yang menggabungkan inovasi hijau dengan keberpihakan pada penyandang disabilitas.

Salah satu produknya adalah ramp portabel berbahan abu arang, ramah lingkungan dan mudah dipasang di berbagai bangunan.

Selain itu, mereka juga melakukan asesmen bangunan, renovasi ramp permanen, edukasi hemat energi, serta mendukung UMKM pangan yang dijalankan oleh difabel.

Dengan pendekatan ini, Cahaya Inklusi tidak hanya menyediakan aksesibilitas, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan pemberdayaan ekonomi.

Tujuannya adalah untuk memperluas produk dan layanannya guna memastikan inklusi disabilitas menjadi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan di masyarakat setempat.

Foto: JEFRI TARIGAN

BIKI (Bogor)

BIKI adalah startup dari Bogor yang berfokus mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan (food loss dan food waste) khususnya di tahap pascapanen.

Setiap tahun, jutaan ton buah dan sayur di Indonesia terbuang sebelum sampai ke konsumen karena cepat membusuk.

Petani kecil paling merasakan kerugian, sementara emisi dari limbah organik ikut memperburuk iklim.

Solusi BIKI adalah pelapis pangan ramah lingkungan (edible coating) berbahan alami.

Lapisan ini dapat dimakan, menggandakan masa simpan produk segar dan menggantikan plastik sekali pakai.

BIKI juga telah mengembangkan 30 pusat panen di seluruh Jawa. Berlokasi di rumah pengemasan petani, pusat-pusat ini menciptakan lapangan kerja bagi perempuan dan memanfaatkan perangkat digital untuk memproses dan mendistribusikan buah dan sayur secara lebih efisien.

Dengan teknologi ini, petani dapat menjaga kualitas produk lebih lama, meningkatkan harga jual, dan mengurangi kerugian.

Konsumen pun memperoleh bahan pangan segar dengan lebih baik, sementara dampak lingkungan dari food loss dan waste berkurang.

Ke depan, BIKI menargetkan memperluas penggunaan edible coating ke komoditas lain serta membuka BIKI Point di sentra pertanian di Indonesia.

Dengan tren global menuju solusi pengemasan berkelanjutan, BIKI berpotensi menjadi pelopor pertanian hijau di Indonesia.

Foto: JEFRI TARIGAN

Waus Energy (Manado)

Waus Energy, yang berpusat di Manado, mengubah sampah plastik dan minyak goreng bekas menjadi bahan bakar.

Plastik sekali pakai dan minyak goreng bekas sulit dikelola dan sering kali mencemari lingkungan, sementara permintaan bahan bakar rumah tangga dan industri terus meningkat.

Waus Energy telah mengembangkan teknologi yang mengubah limbah ini menjadi pengganti minyak tanah untuk kompor rumah tangga dan restoran serta pengganti solar untuk boiler, pembakar, dan mesin diesel industri.

“Dengan mengolah sampah menjadi bahan bakar, kami dapat mengurangi polusi dan menyediakan energi murah bagi masyarakat pulau terpencil,” kata pendiri dan CEO Waus Energy, Chris Londong.

Proses ini hemat energi, tidak memerlukan pendinginan air, dan menghasilkan bahan bakar yang memenuhi peraturan emisi kendaraan Uni Eropa.

Bahan bakarnya berbentuk cair, sehingga mudah didistribusikan menggunakan jeriken ke pulau-pulau terpencil.

Selain mengurangi polusi, bahan bakar ini menyediakan sumber energi bagi masyarakat lokal dengan biaya produksi rendah dan margin penjualan kompetitif.

Di masa mendatang, Waus Energy bertujuan untuk membangun pabrik biofuel skala kecil dan stasiun pengisian ulang berbasis masyarakat di seluruh wilayah.

Inovasi ini berpotensi memperluas akses terhadap energi yang terjangkau, menciptakan lapangan kerja baru, dan mempercepat transisi energi bersih di Indonesia.

Kilatsoon (Bandung)

Kilatsoon adalah startup asal Bandung yang mengembangkan robot pemotong rumput bertenaga listrik.

Secara tradisional, memotong rumput di area yang luas membutuhkan tenaga kerja yang besar, mesin berbahan bakar fosil, dan biaya yang tinggi. Kilatsoon menjawab tantangan ini dengan robot pintar yang dikendalikan dari jarak jauh, efisien, dan ramah lingkungan.

Disebut SIGAP (Smart Interactive Grass-cutting Assistance Platform), robot pemotong rumput ini ideal untuk taman kota, lapangan olahraga, dan kawasan industri.

Dengan teknologi otomatisasi, pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat, lebih aman, dan dengan biaya yang lebih rendah. Manfaat lainnya adalah mengurangi polusi udara dan kebisingan, sekaligus meningkatkan produktivitas pekerja.

Kilatsoon berencana untuk berekspansi ke kota-kota besar di Indonesia dan menambahkan fitur pintar seperti pemetaan wilayah otomatis.

Seiring berkembangnya tren kota hijau dan cerdas, robot pemotong rumput seperti SIGAP bisa menjadi bagian penting dalam pengelolaan ruang terbuka publik.

Foto: JEFRI TARIGAN

GAWIREA (Bali)

GAWIREA (Girls and Women in Renewable Energy Academy) adalah organisasi yang dipimpin oleh anak muda di Indonesia yang memberdayakan perempuan dan anak perempuan di pedesaan melalui pendidikan energi terbarukan dan kewirausahaan.

Salah satu inisiatif GAWIREA yaitu Wani Yinio, rumah sagu bertenaga surya yang memungkinkan proses pengolahan dilakukan lebih cepat, higienis, dan ramah lingkungan.

Pengolahan sagu bertenaga surya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan ketahanan pangan lokal, dan membantu perempuan memperoleh keterampilan dan penghasilan.

GAWIREA memberikan pelatihan langsung kepada perempuan untuk menggunakan energi bersih seperti tenaga surya dan biomassa, sehingga mereka bisa meningkatkan pendapatan, mendukung komunitasnya, dan lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim.

Ke depan, GAWIREA berencana untuk memperluas Wani Yinio ke berbagai wilayah di Papua, menjadikan sagu sebagai simbol pangan berkelanjutan dan pemberdayaan perempuan dalam transisi menuju energi bersih.

Foto: JEFRI TARIGAN

Ikanesia (Belitung/Bekasi)

Ikanesia, berbasis di Bekasi dan Belitung, mengolah limbah perikanan dan pertanian menjadi pakan ternak rendah emisi.

Bahan utamanya adalah serangga, mikroalga, dan limbah organik, menghasilkan pakan berkualitas tinggi sekaligus berkelanjutan.

Petani mendapatkan pakan yang lebih murah dan lebih sehat, sementara nelayan dan petani terbantu dengan solusi pengelolaan limbah yang lebih baik, sekaligus menjaga kelestarian ekosistem.

Ke depannya, Ikanesia berambisi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan masuk ke pasar pakan nasional.

Dengan meningkatnya kebutuhan akan protein berkelanjutan, Ikanesia berpotensi menjadi bagian penting dalam transformasi sistem pangan Indonesia ke arah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Foto: MOCHAMAD TOPANDI

PT Algatech Nusantara (Jakarta)

PT Algatech Nusantara adalah startup berbasis di Jakarta yang membudidayakan mikroalga, tanaman air mikroskopis yang dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan ternak, kosmetik, hingga bioenergi.

Algatech mengembangkan sistem tertutup untuk membudidayakan mikroalga secara efisien dan ramah lingkungan. Mikroalga ini mampu menyerap CO₂, menghasilkan oksigen, dan memproduksi biomassa kaya nutrisi.

Berbeda dengan kolam terbuka konvensional, sistem tertutup membuat proses budidaya lebih terkontrol, berkelanjutan, dan cocok untuk produksi skala besar.

Teknologi ini memungkinkan mikroalga—yang dulunya hanya dikembangkan di laboratorium—untuk diproduksi secara komersial dan berkelanjutan.

Dampaknya luas: lingkungan menjadi lebih bersih, tersedia sumber protein nabati alternatif, dan tercipta peluang bisnis baru di sektor pangan dan energi.

Mikroalga juga membantu mengurangi emisi karbon karena berfungsi sebagai penyerap alami karbon (carbon sink).

Ke depannya, Algatech berencana memperluas produksi biomassa dan menghadirkan teknologi ini ke lebih banyak sektor industri.

Dengan meningkatnya permintaan akan protein nabati dan solusi iklim berbasis karbon, Algatech siap menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan bioekonomi di Indonesia.

Foto: MOCHAMAD TOPANDI

Pelet STB (Madiun)

STB Pellet dari Madiun, Jawa Timur, mengubah limbah pertanian dan industri menjadi pelet biomassa yang dapat menggantikan batubara.

Selama ini, Limbah Pertanian dan Industri sering tidak terkelola dengan baik, sehingga menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga menimbulkan kebakaran lahan, khususnya di wilayah Madiun, menghasilkan polusi udara, sementara ketergantungan pada batubara tetap tinggii.

Dengan teknologi STB Pellet, limbah tersebut didaur ulang menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang lebih bersih dan efisien.

Pelet biomassa ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri, mulai industri kecil seperti pengolahan dan pengeringan hasil pertanian, bahan bakar insenerator hingga kebutuhan co-firing untuk pembangkit listrik, menawarkan alternatif energi terbarukan yang terjangkau.

Dampak lingkungannya jelas: emisi karbon dan polusi udara berkurang, serta limbah pertanian memiliki nilai ekonomis baru.

Bagi petani, limbah yang biasanya tidak bernilai kini bisa dijual, menambah pendapatan.

STB Pellet berencana untuk memperluas jaringan produksi dan distribusinya, terutama di daerah pedesaan dan mendorong adopsi pelet biomassa yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Foto: JEFRI TARIGAN